Senin, 14 Maret 2011

Penyusupan Makhluk Asing Melalui Air Ballast Kapal

Hiyaa....setelah inaktif dari menulis artikel bukan artikel ilmiah untuk waktu yang sangat lama, akhirnya saia bisa menelorkan satu artikel baru. Kali ini judulnya terlihat 'sangat menarik' karena memang demikian halnya. Tapi kalau baca judul artikel ini, jangan dibayangkan 'makhluk asing' yang saia maksud itu seperti alien atau monster di film-film sains-fiksi. 'Makhluk asing' yang saia maksud sebenarnya sangat umum ditemui di sekitar kita, bahkan saking umumnya orang sampai tidak peduli. Tapi di tempat lain, makhluk-makhluk ini membuat banyak sekali masalah.

Nah...saia akan bahas satu persatu beberapa hal yang berkaitan dengan judul tulisan saia kali ini.

Yang pertama tentu saja tentang apa 'makhluk asing' yang saia maksud. Nah...'makhluk asing' yang saia maksud adalah organisme akuatik (bisa air tawar, bisa air laut) yang merupakan organisme alami di satu daerah, tapi muncul (atau terbawa) ke daerah lain. Dimana di daerah tersebut organisme tersebut tidak pernah ditemukan (atau muncul) secara alami di alam. Beberapa contoh yang sangat populer (dan membuat banyak masalah) adalah ubur-ubur, kerang, dan fitoplankton (untuk ubur2, lihat artikel Nomura). Organisme ini bisa menempuh jarak ratusan hingga ribuan kilometer jauhnya dari tempat hidup alaminya, fenomena ini dalam ilmu ekologi disebut Jump Dispersal. Eits....tapi ini bukan-sulap-bukan-sihir bukan pula tipuan en bukan pula organisme itu yang kelewat sakti, sampai bisa lompat sejauh ratusan kilometer, tapi ini gara-gara ulah manusia yang lalu-lalang di laut dengan menggunakan kapal.



Ya....kapal. Itu sumber masalah yang menyebabkan terjadinya jump dispersal dan penyusupan makhluk asing ke daerah yang bukan habitat alaminya.

Sistem penyeimbang kapal (ballast) yang menjadi penyebab utama munculnya jump dispersal
Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, dalam kapal ada sistem penyeimbang yang disebut dengan ballast (di organisme akuatik juga punya loh, tapi ga saia bahas disini). Saat kapal memuat atau membongkar muatan, kapal harus dilengkapi sistem penyeimbang yang membuat kapal tersebut tidak tenggelam atau timbul terlalu tinggi (klo ga kapal bisa terguling). Jaman dulu ballast kapal diisi dengan pasir atau batu, tapi sekarang digunakan air (bisa tawar, bisa laut) sebagai penyeimbang kapal.

NAH...masalahnya.....ketika air ballast disedot dari pelabuhan asal, BUANYAK organisme yang juga ikut tersedot (termasuk ubur-ubur, larva kerang, dan fitoplankton). Meski banyak juga yang mati di dalam ruang ballast kapal, tapi banyak juga yang bandel dan bisa bertahan hidup. Nah....ketika kapal tiba di pelabuhan tujuan, air ballast ini harus dibuang. Pada saat itulah 'makhluk-makhluk asing' tersebut sampai di tempat baru.

Sialnya....di tempat baru tersebut seringkali TIDAK ADA organisme yang mau atau bisa makan 'makhluk-makhluk asing' tersebut. Ditambah dengan banyaknya nutrien (makanan) di tempat baru dan tidak ada kompetitor (pesaing), jadilah mereka berkembang biak dan berpesta-pora. Terus ditambah lagi mereka umumnya punya siklus reproduksi yang yang sangat singkat. Bisa dalam 1 malam ada puluhan bahkan ratusan individu 'makhluk asing ' yang menghasilkan jutaan bahkan miliaran telur atau larva, gilanya...larva tersebut bisa jadi dewasa dalam waktu kurang dari 1 minggu. Ah.....sialnya lagi 'makhluk-makhluk asing' itu juga membunuh, memakan, menekan, mendesak, dan atau meracuni organisme lokal di tempat barunya. Sehingga keberadaannya bisa menghancurkan keseimbangan ekosistem di tempat barunya tersebut. Nah, kalau sudah begini 'makhluk-makhluk asing' tersebut lalu dijuluki sebagai organisme invasif.

Ubur-ubur sisir (comb jellyfish), makhluk mungil yang menyengsarakan nelayan di Danau Laut Kaspia


Beberapa contoh kasus dari fenomena jump dispersal 'makhluk asing' melalui air ballast, serta invasi ke ekosistem baru adalah kasus yang muncul di Danau Laut Kaspia. Di danau terbesar di dunia itu muncul serbuan ubur-ubur sisir (comb jellyfish) yang memakan larva ikan Kilka, ikan yang merupakan sumber mata pencaharian nelayan setempat.
                                                
Kerang emas (golden mussel), bivalvia biang sejuta masalah

Serbuan kerang emas di filter pendingin sebuah pembangkit listrik

Kemudian di Amerika Selatan muncul juga serbuan kerang emas (golden mussel (atas)) yang menyebar dan berkembang biak dengan kecepatan yang tidak masuk akal (laju penyebaran mencapai 240 km/tahun). Sehingga menghancurkan perikanan air tawar, merusak sistem pengolahan air, mengancam ketahanan bendungan, dan merusak sistem pembangkit listrik (bawah).

Red Tide yang diakibatkan oleh ledakan populasi fitoplankton yang sebagian besar SANGAT beracun

Tidak kalah seru, di berbagai perairan di dunia (misal di pantai Florida), muncul pula blooming spesies fitoplankton (mikroalgae) berwarna merah yang akhirnya membuat lautan berubah warna menjadi merah. Fenomena ini lazim disebut juga Red Tide (walau kadang warnanya ga merah, bisa juga hijau atau kuning-kecoklatan). Masalahnya fitoplankton ini sangat beracun dan bisa membunuh ikan, udang, kepiting, burung, mamalia laut (ikan paus juga bisa mati loh), dan tentu saja manusia. Bila kasus-kasus seperti itu tidak segera ditangani, dampaknya bisa semakin luas, parah, dan permanen. Dan semua kasus tersebut terjadi diakibatkan oleh manajemen air ballast kapal yang tidak memperhatikan dampaknya ke lingkungan.

Lalu...bagaimana cara menanganinya?

Ada beberapa cara sebenarnya, baik secara hipotesis maupun yang sudah dijalankan secara nyata di lapangan. Cara pertama tentu adalah mencegah 'makhluk-makhluk asing' tersebut menyusup ke dalam ballast kapal, atau kalau sudah menyusup, maka yang harus dilakukan adalah mencegah mereka masuk ke tempat baru. Beberapa cara yang bisa dilakukan misalnya Ballast Water Exchange, yaitu dengan mengambil air ballast di pelabuhan asal lalu menukarnya di tengah laut dengan air laut baru. Kemudian air ballast ini ditukar lagi dengan air laut di pelabuhan tujuan. Beberapa perusahaan kapal juga menggunakan Ozone atau sinar UV untuk mensterilkan air ballast di kapal mereka. Kemudian di kapal-kapal tanker minyak sering digunakan Flow Trough System, yaitu sistem yang memungkinkan air ballast terus bersirkulasi dari laut ke kapal, kemudian keluar kapal lagi, sehingga tidak ada organisme asing yang bisa menyusup ke dalam air ballast kapal. Kemudian cara kedua adalah biomanipulasi bila 'makhluk-makhluk asing' tersebut berhasil mencapai, dan sudah berkembang-biak-pora di tempat barunya. Biomanipulasi ini pada dasarnya adalah memasukkan organisme pemangsa 'makhluk asing' tersebut ke tempatnya menginvasi. Cara ini cukup efektif tapi harus dilakukan dengan SANGAT HATI-HATI, karena organisme pemangsa 'makhluk asing' ini bisa jadi berubah jadi 'makhluk asing' juga yang dapat merusak ekosistem.

Nah....setelah membaca artikel ini saia harap kalian mulai menyadari bahaya yang timbul dari 'makhluk-makhluk asing' tersebut. Harap ingat, contoh-contoh tersebut hanya SEDIKIT dari BUANYAK kasus yang sudah muncul di seluruh belahan dunia. Masih banyak kasus lain yang sudah terjadi dan sampai sekarang belum bisa diatasi, serta terus menimbulkan banyak masalah.

Jadi...bagi kalian-kalian yang baca artikel ini. Silahkan direnungkan dan kalau kebetulan ilmunya sesuai, silahkan dikembangkan, dikaji, dan diteliti (ehehe....termasuk untuk saia ^___^). Siapa tahu suatu saat lagi kalianlah yang menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah 'penyusupan makhluk asing melaui air ballast kapal ini'.

Akhir kata saia ucapkan terima kasih dan Keep on Creative!

Arief Rachman a.k.a red_rackham 2011

P.S. Silahkan berkomentar dan memprotes kalau ada yang kalian anggap tidak benar, asal jangan dilempar BRP, Bata, atau Hate This. Kalau benar dan menurut kalian menarik, boleh dikasih GRP, Cendol, Ijo-ijo, Thanks, atau Like This \(^o^)/