Pertama kali saia melihat buku
ini di situs Amazon dan sepertinya buku ini cukup menarik berdasarkan uraian
singkatnya. Keberuntungan pun menyertai ketika saia menemukannya di Periplus
pada akhir bulan Juli. Lebih beruntung lagi, ketika saya membelinya dengan
harga 190.000, ada seseorang yang saya tidak kenal menawarkan point diskon dari
toko buku tersebut seharga 50.000 sehingga saya hanya perlu membayar 140.000
saja. Buku ini ditulis oleh Elizabeth Kolbert dan diterbitkan oleh Bloomsbury
dalam bahasa Inggris (saya rasa belum ada terjemahan Indonesia-nya), tebalnya
xii + 320 halaman, dan terdiri atas 13 bab. Bab tersebut terdiri dari:
I. The
sixth extinction
II. The
Mastodon’s molars
III. The
original penguin
IV. The
luck of ammonites
V. Welcome
to the Anthropocene
VI. The
sea around us
VII. Dropping
acid
VIII. The
forest and the trees
IX. Islands
on dry land
X. The
new Pangaea
XI. The
Rhino gets an ultrasound
XII. The
madness gene
XIII. The
things with feathers
Bab-bab tersebut menurut saia dapat
dikelompokkan ke dalam tiga tema, yakni: (i) sejarah dan pandangan mengenai
kepunahan massal yang diuraikan pada bab I hingga bab IV; (ii) aktivitas manusia
dalam merubah lingkungan sekitarnya yang kemudian berlanjut ke seluruh biosfer
pada bab V hingga bab X; dan (iii) dampak ekologis yang ditimbulkan manusia
sejak dari kemunculan spesiesnya hingga sekarang pada bab XI hingga XIII.
Gaya penulisan di dalam buku ini sangat menarik
dan mengundang rasa ingin tahu. Penulis sangat mampu mengombinasikan konteks
biologi, paleontologi, ekologi serta etika dalam sebuah keutuhan buku secara
menyeluruh, mendalam, sekalius juga sangat bisa diikuti oleh pembaca umum. Pembaca
yang kurang familiar dengan geologi dan paleontologi dapat menengok pada halaman
271 yang memberikan gambaran rentang waktu geologis (zaman, masa, kala) yang
disertai dengan penandaan terjadinya lima kepunahan massal terbesar.
Dari segi isi buku, bab I hingga IV memberikan
sejarah dan pandangan mengenai bagaimana munculnya ide tentang adanya kepunahan
massal. Cerita tersebut dimulai dari penurunan tajam populasi Panamanian golden
frog (Atelopus zateki) akibat infeksi
jamur chytrid yang menjadi sebuah epidemi disana. Fenomena ini kemudian
dilanjutkan dengan sejarah antara pandangan Catastrophism
yang dikemukakan oleh George Cuvier dan pandangan Uniformintarian yang dikemukakan oleh Charles Lyell. Penemuan yang
dilakukan oleh Darwin selama perjalanannya bersama kapten FitzRoy tampak mendukung
pandangan Lyell dimana spesies berubah secara perlahan dan gradual. Adanya “kepunahan”
suatu spesies hanya merupakan skala kecil dan merupakan bagian dari proses seleksi
alam terhadap spesies yang kurang fit
terhadap lingkungannya. Pandangan ini sepertinya ditantang oleh penemuan
Walter Alvarez tentang adanya objek ekstraterestrial (asteroid) yang menjadi
penyebab kepunahan massal dinosaurus (kepunahan akhir zaman Mesozoik) yang
dipublikasikan pada tahun 1980. Setelah membaca keempat bab pertama ini, saia
kemudian bertanya apakah kepunahan massal benar-benar akan terjadi? Jika terjadi,
apakah akan se-dramatis seperti tabrakan asteroid yang menghilangkan seluruh
dinosaurus di muka bumi itu?
Berlanjut ke bab V hingga bab X, saia
disuguhkan dengan berbagai aktivitas manusia yang dipandang memicu kepunahan
masal tersebut. Hal-hal tersebut meliputi pembakaran bahan bakar fosil yang
memicu pemanasan global, pengasaman laut, deforestasi hutan, hingga distribusi
(baik sengaja atau tidak sengaja) biodiversitas dalam skala global. Dampak dari
seluruh aktivitas tersebut dapat seperti yang kita bayangkan, mulai dari
perubahan komposisi dan distribusi spesies di dalam ekosistem, menurunnya
organisme calcifier (penghasil
cangkang karbonat) laut akibat penurunan titik jenuh kalsium karbonat terlarut
karena pengasaman, pemusnahan ratusan spesies akibat deforestasi hutan tropika,
hingga kemunculan spesies invasif yang sulit dikontrol persebarannya. Dari
sini, saia mendapat gambaran bahwa kepunahan massal itu tidak hanya dipandang
dari skalanya, namun juga lajunya. Ketika perubahan lingkungan itu jauh lebih
cepat daripada kemampuan adaptasi organisme, maka banyak yang akan punah.
Bab XI hingga XIII mencoba menelusuri sejarah
kecenderungan manusia modern yang berpotensi menjadi agen penyebab kepunahan
massal. Uraian dalam ketiga bab tersebut menuliskan bahwa kehadiran spesies manusia
modern berkorelasi kuat dengan kepunahan berbagai spesies di masa lalu, mulai
dari kepunahan berbagai megafauna hingga kerabat terdekatnya sendiri (Homo
neanderthalensis, Homo floresiesis, dan Denisovans). Masih belum jelas apakah
manusia menjadi penyebabnya, karena korelasi tidak berarti kausalitas. Pada bab
terakhir juga disinggung usaha-usaha yang sekarang ini dikembangkan untuk “mempertahankan”
biodiversitas global di berbagai kebun binatang di Amerika. Salah satunya
adalah dengan mengoleksi kultur sel dari berbagai spesies dengan spesies yang
hampir punah sebagai prioritasnya. Apakah usaha tersebut menjadi sebuah jawaban
terhadap kesadaran manusia bahwa kita sekarang sedang menjalani kepunahan
massal keenam? Well, silahkan dibaca di bukunya dan simpulkan sendiri.
Victor