Selasa, 15 Februari 2011

Nomura: Sebuah Invasi Kejayaan Invertebrata (Part II)



Err...this is Part II haa...*dengan aksen SingLish*


Yup seperti yang saia janjikan sebelumnya, ini merupakan kelanjutan dari Nomura Part I. Artinya, notes ini masih akan becerita panjang, lebar serta dalam mengenai ubur-ubur Nomura. Pada Part II ini saia akan memfokuskan pada hubungan antara Nomura dengan manusia. Emm, saia rasa tentunya hubungan ini bukanlah sebuah hubungan yang baik-baik saja. Jadi bagaimanakah kelanjutannya? Mari kita simak tulisan dibawah ini. Selamat membaca ^^/


Ketika Pencarian Masalah Berujung Pada Masalah

Saia rasa biologi ubur-ubur dan khususnya Nomura sedikit banyak dapat memberikan bayangan mengenai apa yang akan terjadi apabila terjadi suatu gangguan dalam ekosistemnya. Ya dan itulah yang sedang kita hadapi sekarang ini. Pencemaran ekosistem laut secara besar-besaran, penangkapan ikan secara berlebihan, perusakan terumbu karang turut berkontribusi dalam pencarian masalah dengan Nomura. Apakah ini sebuah balasan kepada kita yang telah merusak lingkungan ataukan ini menjadi awal kebangkitan kembali invertebrata lautan, saia serahkan semua pemikiran itu kepada teman-teman pembaca.

Masalah yang dihadapi pada umumnya adalah seragan ubur-ubur (jellyfish swarm) pada perairan yang biasanya menjadi tempat penangkapan ikan. Serangan ini berupa invasi jutaan ubur-ubur Nomura dewasa yang masing-masing memiliki berat sekitar 100 kilogram. Cukup besar atau cukup banyak? Bayangkanlah. Jepang sebagai salah satu negara yang bermasalah dengan Nomura mencatatkan sejarah bahwa invasi ini sebenarnya adalah normal, karena negara Jepang berada pada pertemuan dua arus laut yang sepertinya membawa ubur-ubur. Namun demikian, kenormalan tersebut memiliki rentang waktu invasi empat puluh tahunan sekali. Namun dalam sepuluh tahun terakhir, invasi ini meningkat drastis menjadi sekali setiap tahunnya. Invasi ini mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Hampir seluruh industri perikanan tutup pabrik akibat panen ikan yang digantikan oleh panen jutaan ubur-ubur. Mengapa hal ini terjadi? Ubur-ubur sebesar Nomura yang makan dengan cara menyaring air di sekitar menggunakan tentakelnya akan menghabiskan organisme planktonik kecil yang berada di laluannya. Larva ikan juga menjadi salah satu korbannya, sehingga ikan-ikan tersebut sudah habis dimakan sebelum tumbuh besar. Hal ini juga bertambah buruk karena masyarakat Jepang sekalipun yang merupakan pengonsimsi makanan laut terbesar di dunia, enggan memakan ubur-ubur. "Ubur-ubur itu mengandung racun di tentakelnya. Memakannya berarti anda mencari penyakit..." jelas salah satu nelayan yang frustrasi karena pukatnya yang penuh dengan ubur-ubur Nomura.

Ketika ditinjau lebih lanjut, para ahli biologi kelautan mendapatkan bahwa salah satu pelabuhan di perairan China menjadi tempat penetasan telur ubur-ubur Nomura. Mengapa hal ini terjadi? Penlitian lebih lanjut menyatakan bahwa kualitas perairan di pelabuhan tersebut ternyata memang sesuai sebagai tempat penetasan serta pendewasaan ubur-ubur. Kadar oksigen terlarut yang sedikit, suhu air yang relatif lebih hangat akibat kapal yang berlalu-lalang, serta melimpahnya zooplankton disana akibat eutrofikasi (peningkatan kadar bahan organik) perairan. Perairan yang seperti ini sering juga disebut sebagai zona mati (Dead Zone) karena tingkat oksigen perairan yang rendah sehingga tidak dapat mendukung kehidupan ikan, terumbu karang, dan lainnya. Ya, hanya bakteri, fitoplankton, zooplankton, dan Nomura yang hidup disana. Studi lebih lanjut juga menyatakan bahwa Dead Zone ini menjadi semakin banyak terdapat di perairan berbagai negara dan perairan Jepang tidak luput dari itu.

Mengirimkan Tangan Untuk Menangani Nomura

Berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk dapat mengatasi invasi ubur-ubur Nomura ini, mulai dari penghancuran secara langsung hingga melakukan rekonstruksi ekosistem laut agar dapat mengembalikan keseimbangan jejaring makanan laut. Terdapat hal-hal menarik dibalik setiap penanganan tersebut dan kita akan membahasnya satu per satu.

Penghancuran ubur-ubur secara massal merupakan metode yang cepat dan efektif. Pasang pukat baja pada perahu berkecepatan tinggi dan segera potong ubur-ubur itu. Lakukan saja secara rutin dan hasilnya segera terlihat, laut Jepang segera bersih dari Nomura. Namun demikian, ternyata hal ini hanya menjadi jalan keluar sementara karena sebagian ubur-ubur Nomura yang terpotong ternyata mengandung telur yang sudah dibuahi. Penghancuran hanya akan membantu menyebarkan telur-telur tersebut ke perairan Jepang. Seiring dengan semakin meluasnya Dead Zone di pesisir utara dan selatan Jepang telur-telur yang tersebar memiliki kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang disana. Pendek kata, metode ini membantu membuat perairan Jepang menjadi tempat penetasan dan pendewasaan Nomura setelah perairan China.

Pemikiran lain mengenai penanganan ubur-ubur Nomura adalah meniru cara masyarakat China, yaitu dengan mengonsumsinya. Masyarakat China telah menjadikan ubur-ubur sebagai salah satu menu di meja makan mereka dan mereka percaya bahwa ubur-ubur baik untuk kesehatan. Salah satu peneliti Jepang mencoba untuk mengadopsi ide tersebut dengan mencoba mengkreasikan menu masakan ubur-ubur yang cocok untuk lidah masyarakat Jepang. "Jika kau tidak dapat melawan mereka, makanlah mereka" menjadi slogan stand hidangan masakan ubur-ubur Nomura pada festival makanan laut Jepang. Beberapa orang yang berkunjung mencobanya dan menyatakan bahwa ternyata memang enak untuk dimakan. Namun demikian, pemikiran untuk tidak menyukai ubur-ubur ternyata lebih mendominasi sehingga stand ubur-ubur di festival tersebut sepi pengunjung.

Ahli biologi kelautan Jepang mengatakan bahwa mempelajari siklus hidup ubur-ubur Nomura mungkin akan menyediakan jalan keluar bagi krisis ini. Bersama dengan ahli ekologi kelautan, mereka menyatakan bahwa ledakan populasi Nomura selain diakibatkan oleh eutrofikasi perairan, ternyata juga diakibatkan oleh ketiadaan pemangsanya. Nomura ternyata memiliki pemangsa yang menurut saia sangat tidak terduga, yaitu ikan karang file fish (familia Monacanthidae). Ikan ini berukuran cukup kecil, mungkin tidak lebih besar dari telapak tangan manusia namun memiliki gigi tajam yang didesain untuk memakan tentakel ubur-ubur. Selain itu lapisan lendir di seluruh tubuhnya membuat ikan ini kebal terhadap sengatan ubur-ubur. Yup, solusi telah ditemukan, namun pertanyaan berikutnya adalah kemana ikan-ikan ini sekarang? Perusakan terhadap terumbu karang turut merusak habitat tempat ikan ini hidup, sehingga ikan ini menjadi jarang dijumpai lagi di perairan Jepang. Informasi ini membuat pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan untuk merekonstruksi kembali terumbu karang secara artifisial (buatan manusia). Uji coba pembuatan terumbu karang artifisial pertama membuat kembalinya file fish dan berhabitat disana meskipun masih dalam kelompok kecil. Pemangsa kecil ini memang melakukan tugasnya dengan hasil yang cukup menjanjikan, mereka memakan ubur-ubur Nomura segera setelah diberikan. Dengan demikian satu-satunya tugas yang tersisa adalah meningkatkan populasi file fish ini untuk dapat memerangi jutaan ubur-ubur yang melewati perairan Jepang setiap tahunnya.

Kesimpulan

Ubur-ubur Nomura sebagai salah satu invertebrata yang boleh dikatakan primitif ternyata mengakibatkan masalah yang cukup serius bahkan di jaman yang boleh dikatakan tidak primitif ini. Ledakan populasi sera invasi Nomura ternyata juga tidak luput dari ulah manusia yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, mengingatkan kita mengenai suatu kesalahan masa lalu yang sudah berjalan cukup jauh. Apakah kita ingin dunia ini kembali lagi ke jaman primitif ketika para invertebrata berkuasa? Yah, saia yakin kita semua tahu dan sepakat akan satu jawaban tersebut. Sekarang saatnya mewujudkan jwaban kita menjadi suatu tindakan nyata. LINDUNGI LAUT KITA!!!


Regards,

Victor Apriel

Senin, 14 Februari 2011

Nomura: Sebuah Invasi Kejayaan Invertebrata (Part I)


Hoho...masih bersama saia Chef Victor dengan Silly & Funny Writings dalam artikel Bukan Tulisan Ilmiah. Kali ini saia ingin mencoba bercerita mengena ubur-uburi Nomura. Tulisan tentang ubur-ubur Nomura ini saia bagi menjadi dua bagian (parts). Part I akan menceritakan mengenai biologi dari ubur-ubur dan juga ubur-ubur Nomura yang meliputi siklus hidup, laju pembiakan, persebaran, dan cara makan. Part II akan melanjutkan ceritanya dengan hubungan antara Nomura dengan manusia ayng meliputi permasalahan yang ditimbulkan serta bagaimana cara penanganannya. Jadi, untuk mengetahui secara lebih mendetail, silahkan simak tulisan berikut di bawah ini.

Pengantar

Hmm apakah Nomura itu? Ya Nomura merupakan nama dari suatu jenis ubur-ubur, Nemopilema nomurai. Ubur-ubur ini memiliki ukuran yang besar, tepatnya nomor dua terbesar di dunia. Nah kali ini, beberapa negara di dunia ini sedang mengahadapi krisis yang berkaitan dengan ubur-ubur. Ya, negara-negara tersebut sedang diinvasi oleh ubur-ubur. Selain merusak perekonomian, ubur-ubur memiliki sengat beracun yang membahayakan bagi manusia. Kita pun kemudian bertanya, darimana ubur-ubur tersebut datang? Mengapa mereka datang dalam jumlah besar? Dan bagaimana cara menanganinya? Well semua pertanyaan tersebut akan saia coba bahas dalam tulisan ini.

Siklus Kehidupan Ubur-ubur Nomura

Ubur-ubur Nomura (Nemopilema nomurai) atau di Jepang juga disebut sebagai ubur-ubur Echizen seperti layaknya ubur-ubur pada umumnya. Siklus hidupnya terdiri atas tiga fase, yaitu fase planula, fase polip, dan fase medusa. Fase planula merupakan awal kehidupan ubur-ubur setelah menetas dari telur. Fase planula bersifat planktonik (fase bergerak namun pergerakannya lebih cenderung didominasi oleh arus air) selama beberapa lama hingga menemukan tempat yang cocok untuk melanjutkan pertumbuhan. Ketika tempat yang cocok sudah ditemukan, planula akan menempel pada tempat tersebut dan melanjutkan ke fase berikutnya, yaitu fase polip. Fase polip ini secara umum dikenal sebagai fase sesil (menempel pada substrat atau tidak bergerak) dan akan mencari makan dengan menyaring zooplankton pada perairan disekitarnya. Namun demikian, polip ubur-ubur Nomura dapat "berjalan" atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain di sebelahnya. Uniknya, perpindahan ini disertai dengan meninggalkan sebagian kecil jaringan polip di tempat asalnya dan jaringan tersebut dapat tumbuh menjadi polip baru. Jadi, semakin banyak polip ini 'berpindah', semakin banyak juga kelipatan polip yang ada. Polip yang sudah dewasa/matang selanjutnya akan memasuki fase medusa, yaitu fase dari ubur-ubur seperti yang umumnya kita ketahui. Fase medusa ini kembali bersifat planktonik, berenang kemana arus lautan membawanya. Pada fase medusa ini juga ubur-ubur mencapai fase reproduktifnya, yang artinya saat yang tepat untuk melakukan perkawinan. Perkawinan dalam biologi seperti yang kita ketahui adalah pertemuan dan penyatuan sel gamet/kelamin jantan dengan betina untuk menghasilkan zigot. Zigot kemudian akan berkembang di dalam telur yang kemudian akan menetas menjadi planula dan meneruskan siklus kehidupan berikutnya.

Ketika Sepasang Menjadi Jutaan Pasang

Sekarang mari kita sedikit berhitung mengenai berapa banyak ubur-ubur yang dapat dihasilkan dari sepasang ubur-ubur Nomura yang melakukan perkawinan. Proses perkawinan meliputi pelepasan jutaan sel kelamin jantan (sperma) ke perairan yang kemudian akan berenang masuk ke dalam organ kelamin betina dan membuahi sel-sel telur (ovum) di sana. Jutaan sel sperma ditambah jutaan sel telur sama dengan jutaan zigot. Ya perkawinan ubur-ubur Nomura menghasilkan jutaan zigot yang artinya adalah jutaan planulae. Apabila kondisi lingkungan cocok untuk pertumbuhan, maka jutaan planulae tersebut akan berkembang menjadi jutaan polip. Namun jangan lupa bahwa polip dapat 'berpindah'. Apabila dianggap satu polip 'berpindah' sebanyak seratus kali selama kelangsungan fasenya, maka jutaan polip tersebut telah diperbanyak menjadi ratusan juta polip. Nah, masing-masing polip ini akan melepaskan medusa dalam jumlah yang pastinya lebih dari satu. Apabila masing-masing polip melepaskan sepuluh medusae, maka hitungan akhirnya adalah kita telah mendapatkan satu milyar ubur-ubur!! Cukup banyak kan??

Persebaran Ubur-ubur

Setelah mengetahui bagaimana dan berapa banyak pembiakannya, tentunya kita juga bertanya mengenai bagaimana kondisi cocok yang memicu perbanyakan ubur-ubur Nomura dan juga ubur-ubur pada umumnya. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ubur-ubur merupakan salah satu dan mungkins satu-satunya mahluk hidup yang dapat bertahan pada kondisi perairan yang miskin oksigen. Daerah perairan dengan kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen) dibawah 2 mg/L (2 ppm) atau yang sering juga disebut sebagai dead zone masih memungkinkan ubur-ubur untuk hidup, dimana tidak ada hewan atau tumbuhan lain dapat hidup. Masih belum diketahui bagaimana ubur-ubur Nomura dapat hidup serta berkembang biak pada kondisi perairan tersebut. Salah satu penelitian menyatakan bahwa, kadar air pada tubuh Nomura atau juga pada ubur-ubur lainnya yang mencapai 95% membantu mempertahankan kadar oksigen terlarut agar dapat menghidupi jaringan tubuhnya. Bandingkan dengan kadar air pada kita manusia yang hanya 65-70%.

Cara Makan

Dalam hal mencari makan, ubur-ubur Nomura mengembangkan strategi yang cukup berhasil untuk mempertahankan dirinya terhadap kompetisi di lautan. Tidak seperti ubur-ubur lainnya yang mencari makan dengan berburu, ubur-ubur Nomura mencari makan dengan menyaring perairan menggunakan ribuan tentakel kecilnya. Hasil saringan yang didapat umumnya adalah zooplankton dan penelitian mencatat bahwa ubur-ubur Nomura dewasa dapat menghabiskan zooplankton pada perairan seukuran kolam renang standar olimpik dalam sehari. Saia rasa tidak heran mengapa tubuh ubur-ubur Nomura menjadi besar akibat kemampuan makannya itu. Seperti yang telah kita ketahui bahwa zooplankton merupakan bagian penting dalam rantai atau jejaring makanan di lautan. Jadi, dengan habisnya zooplankton akibat disapu jutaan ubur-ubur Nomura maka ikan-ikan yang memakan zooplankton untuk kehidupannya akan kehabisan stok makanan dan mati. Hal yang sama juga akan terjadi pada ikan besar yang memakan ikan kecil tersebut dan seterusnya. Selain itu apabila terdapat ikan kecil tidak beruntung yang berada pada arah laluan jutaan ubur-ubur Nomura tersebut pasti dijamin akan mati akibat terkena sengatan tentakelnya.

Yaa sampai disini dulu tulisan mengenai Nomura. Nantikan Nomura Part II yang akan membahas hubungan antara Nomura dengan manusia serta penanganan dampaknya. Ditunggu yak ^^/