Review mengenai buku ini sebenarnya agak telat
karena buku tersebut sudah selesai saia baca sekitar 5 bulan yang lalu. Buku
ini ditulis oleh Thomas Hager dan diterbitkan pada 2009, jadi boleh dibilang
sudah cukup lama. Saia menjumpai buku ini secara kebetulan di toko buku
Gramedia dan memutuskan untuk membeli setelah membaca sinopsisnya. Buku yang
saia beli merupakan versi terjemahan yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia
Pustaka Utama pada 2014. Buku versi terjemahan yang saia beli memiliki dimensi
24 x 15 cm dengan tebal xviii + 354 halaman. Isi buku The Alchemy of Air ini hanya
terdiri atas: Pendahuluan; bagian 1 – Kiamat Bumi; bagian 2 – Batu Ajaib;
bagian 3 – Syn; epilog; sumber catatan; daftar pustaka; dan ucapan terima
kasih. Bagian 1 sendiri terdiri atas 5 bab, bagian 2 terdiri atas 7 bab, dan
bagian 3 terdiri atas 9 bab.
Cerita dalam buku ini mengisahkan dua orang
yang boleh dibilang menjadi sebab mengapa umat manusia di bumi ini dapat tumbuh
mencapai 7 milyar orang. Namun demikian, sejarah menunjukkan bahwa kedua
ilmuwan ini tidaklah sepopuler ilmuwan lainnya seperti Albert Einstein, James
Watson, Francis Crick, dan lainnya yang sering menjadi ikon dunia sains. Dua
ilmuwan yang dikisahkan dalam buku ini bernama Fritz Haber dan Carl Bosch. Mereka
berdua merupakan penemu sekaligus pengembang teknologi pengikat nitrogen
melalui proses kimia yang berhasil memupuk dunia dengan pupuk nitrogen
sintetisnya. Ilmuwan lain yang kontribusinya juga tidak kalah penting dalam
teknologi ini adalah Alwin Mittasch yang menjadi pionir dalam bidang ilmu kimia
katalisis dan Robert Le Rossignol yang membantu Fritz Haber dalam mengembangan
proses Haber. Selain itu, dicceritakan juga tentang Walter Nernst dan Wilhelm
Ostwald yang menjadi rival Haber dalam penemuan fiksasi nitrogen ini.
Bagian satu mmengisahkan tentang ramalan yang
dibuat pada tahun 1898 oleh Sir William Crookes yang dalam pidatonya menyatakan
bahwa penduduk di bumi sedang di ambang kehancuran. Penyebabnya tidak lain
adalah jumlah penduduk yang terus bertambah namun dengan jumlah pasokan pangan
yang terbatas. Dengan demikian, bencana kelaparan semakin menghantui seiring
dengan berjalannya waktu. Penyebabnya merupakan hal yang lumrah, yakni
kecepatan produksi pangan oleh para petani yang terhitung lamban jika
dibandingkan dengan masa sekarang. Berbagai cara dilakukan untuk dapat
mempercepat penumbuhan tanaman pangan dan juga masa panennya, mulai dari
pergiliran tanaman hingga pemupukan dengan kotoran ternak. Namun semua itu
belum cukup. Disini mereka mengetahui bahwa agar tanaman bisa tumbuh dengan
cepat, mereka butuh pasokan senyawa nitrogen yang banyak di dalam tanah.
Perburuan besar-besaran pun dimulai untuk mencari sumber senyawa nitrogen
tersebut. Selagi perang memperebutkan pasokan nitrogen untuk memupuki negara
masing-masing berlangsung, ada seorang ilmuwan di Jerman yang sedang membuat
mesin yang konon dapat membuat udara menjadi roti. Dialah Fritz Haber.
Bagian kedua berfokus pada cerita bagaimana
Fritz Haber, dibantu oleh Robert Le Rossignol, menemukan reaksi kimia sintesis
amonia dari nitrogen dan hidrogen. Kedua unsur awalan tersebut berwujud gas dan
reaksinya untuk menghasilkan amonia harus dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi
menggunakan katalis logam. Setelah berhasil, keduanya mengirimkan proposal
kepada sebuah pabrik kimia besar bernama BASF (Badische Anilin- und Soda-Fabrik) untuk
mengembangkan proses sintesisnya pada skala industri. Disini Fritz Haber
bertemu dengan seorang ahli kimia lainnya yang bernama Carl Bosch. Keduanya
menyempurnakan proses Haber dan mengembangkannya hingga ke skala industri.
Keberhasilannya pun tidak main-main hingga pada saat itu BASF menunjuk Carl
Bosch untuk memimpin proyek pembangunan pabrik sintesis amonia pertama di
Oppau. Tidak semuanya pada bagian dua ini menceritakan tentang hal-hal yang
bersifat teknis. Sisi kehidupan pribadi mengenai Fritz Haber dan Carl Bosh juga
diceritakan dan diperlihatkan bagaimana keduanya berseberangan dalam prinsip
hidup masing-masing. Setelah sukses dengan pasokam amonia sintetisnya, dunia
seakan mendapat harapan baru karena masalah bencana kelaparan sebagaimana yang
diramalkan oleh Sir William Crookes telah terpecahkan. Namun demikian, di
Jerman sana ternyata amonia yang dihasilkan tidak hanya digunakan untuk membuat
pupuk. Mereaksikan amonia dengan oksigen akan menghasilkan senyawa baru bernama asam nitrat yang merupakan
sumber dari bahan peledak. Pada saat itu, teknologi sintesis amonia Haber-Bosch
juga digunakan oleh jerman untuk mebuat bahan peledak dalam skala besar dan
kemudian memicu perang dunia pertama.
Bagian ketiga menyoroti tentang keberlanjutan
politik dan perang antara Jerman dengan dunia internasional. Pada bagian ini
dikisahkan juga kemunculan Adolf Hitler yang kemudian menjadi pemimpin Jerman
di masa krisisnya. Menggunakan pasokan amonia dan nitrat yang diperoleh dari
pabrik barunya di Leuna (sebuah pabrik sintesis amonia yang sebesar kota),
Jerman di bawah pimpinan Hitler tetap gencar berperang dengan negara-negara
sekutu selama perang dunia kedua. Selama waktu ini diceritakan bahwa keduanya
sangat terpukul dengan kenyataan bahwa penemuan mereka selain digunakan untuk
memecahkan masalah umat manusia juga digunakan untuk menciptakan krisis antar
umat manusia. Di akhir cerita, Fritz Haber meninggal pada Januari 1934 dan carl
Bosch pada April 1940.
Victor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar