Selasa, 03 Agustus 2010

Cetacea: Sebuah Bangsa Besar yang Terancam (Part II)


Tulisan ini merupakan bagian kedua dari 'bukan tulisan ilmiah' yang berjudul Cetacea: Sebuah Bangsa yang Terancam. Pada tulisan kedua ini saia mencoba untuk menjelaskan mengenai bagaimana bangsa Cetacea yang besar ini hidup di laut dan juga mengenai perilaku-perilaku yang dimilikinya. Akhir kata, selamat membaca dan semoga tulisan ini mudah dimengerti ^^

Persiapan untuk menetap di lautan bebas
Sebagai mamalia, ternyata banyak penyesuaian atau adaptasi yang harus dilakukan oleh bangsa Cetacea karena ternyata evolusi untuk kembali ke lautan tidaklah semudah yang dibayangkan. Penyesuaian organ-organ yang terdapat pada mamalia lebih cenderung ditujukan untuk kehidupan di daratan dibandingkan dengan kehidupan di lautan. Nenek moyang paus, Pakicetus contohnya, memiliki empat tungkai dan paru-paru yang sejatinya dapat digunakan untuk hidup di daratan. Dengan fitur seperti ini, Pakicetus harus kembali ke permukaan cukup sering untuk menghirup udara dan menahan nafasnya ketika berada di dalam air. Perkerjaan yang cukup repot bukan?? Hal yang sama juga masih dilakukan oleh paus maupun lumba-lumba masa kini di seluruh lautan di dunia. Hal yang membedakan adalah, kali ini mereka memiliki sistem yang jauh lebih efisien.

Dalam hal adaptasi, Cetacea merupakan bangsa yang paling teradaptasi untuk keseluruhan kehidupan di laut. Dengan bentuk tubuh menyerupai ikan, tungkai depan yang berubah menjadi sirip, dan adanya sirip ekor horizontal maka tidak heran bahwa bangsa Cetacea merupakan mamalia yang paling sukses beradaptasi di kehidupan laut. Selain adaptasi terhadap lingkungan perairan laut, adaptasi yang lain juga disesuaikan terhadap cara makan. Golongan Mysticeti / paus bersurai makan dengan menyaring air lautan untuk mendapatkan krill maupun ikan-ikan kecil tidak beruntung yang ikut terjebak di dalam surainya. Paus Northern Right (Eubalaena glacialis) dan paus bowhead (Balaena mysticetus) makan dengan membiarkan mulutnya terbuka sambil berenang, sehingga air yang masuk akan keluar lagi melewati surai yang memerangkap krill maupun ikan-ikan kecil. Sedangkan golongan Mysticeti lainnya, yaitu golongan paus rorqual (paus dengan corak garis di bagian bawah mulutnya) makan dengan cara menampung air laut di dalam mulutnya hingga penuh. Garis pada bagian bawah mulutnya merupakan lipatan yang dapat meregang sehingga mulutnya dapat menampung air lebih banyak. Setelah air ditampung, maka lidah bagian dalam akan menekan ke bagian atas mulut sehingga air laut akan keluar kembali melewati surai di sekeliling mulutnya, memerangkap krill atau apapun yang terbawa bersama air. Paus bergigi masih mempertahankan cara makan mirip seperti nenek moyangnya, yaitu dengan memangsa hewan lain yang ukurannya cukup besar. Paus bergigi merupakan pemburu ulung dan dengan kisaran mangsa yang beragam jenisnya. Paus sperma (Physeter catodon) makan dengan berburu cumi berukuran besar pada kedalaman 500-700 meter, sementara paus pembunuh atau paus orca (Orcinus orca) makan dengan berburu kawanan anjing laut atau singa laut. Dalam mencari makan, beberapa jenis paus bersurai dan hampir semua jenis paus bergigi menggunakan sistem 'echolocation' untuk membantu melacak mangsa. Sistem ini menggunakan suatu organ di dalam kepala paus yang dinamakan sebagai melon. Organ melon ini membantu pemancaran gelombang suara ke arah depan. Paus kemudian dapat mendeteksi keberadaan mangsa berdasarkan gelombang suara yang dipantulkan dan masuk melalui telinga.

Adaptasi berikutnya yang dimiliki paus untuk kehidupan perairan adalah mengenai pernafasan. Sebagai mamalia, paus tentu mewarisi organ pernafasan berupa paru-paru, sehingga tidak seperti ikan, paus harus ke permukaan untuk bernafas. Adaptasi pernafasan ini sangat penting untuk memastikan paus memiliki cukup udara ketika menyelam. Beberapa adaptasi yang dilakukan adalah dengan penempatan lubang hidung (nostril) pada bagian atas kepala, sehingga disebut juga sebagai lubang semprot (blowhole) yang sering menyemburkan air ketika paus naik ke permukaan. Untuk perburuan di kedalaman, paus sperma adalah ahlinya. Paus sperma dapat menyelam hingga kedalaman 2 kilometer untuk mencari cumi raksasa sepanjang 10 meter untuk makanannya. Selain adaptasi bentuk tubuh dan cara makan, masih terdapat beberapa adaptasi lain untuk mengoptimalkan gaya hidup pada lautan terbuka. Hal tersebut tentu berjalan seiring dengan proses evolusi bertahap dari waktu ke waktu, menyesuaikan dengan tuntutan seleksi alam khususnya di lautan.

Ketika di laut nanti, berperilakulah yang baik
Satu hal lagi yang membedakan paus dari ikan, yaitu bahwa paus merupakan mahluk sosial yang dapat berkomunikasi dan berkoordinasi. Dengan demikian, jelas semakin salah dengan merendahkan paus sebagai ikan. Dalam hal perilaku, bangsa Cetacea dikenal memiliki perilaku yang cukup rumit degnan tingkat intelejensi yang cukup tinggi. Perilaku yang muncul pada umumnya merupakan implikasi bahwa Cetacea merupakan mahluk sosial, seperti berkumpulnya anggota-anggota sekawanan dari paus sperma mengelilingi salah satu anggota yang terluka, lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) yang membawa anggota sekawanannya yang kelelahan untuk bernafas di permukaan, hingga perilaku 'memata-matai' daerah permukaan seperti yang dilakukan paus orca.

Perilaku paus besar yang cukup terkenal namun juga cukup misterius untuk diprediksi tujuannya adalah melompat ke permukaan (breaching). Bayangkan seekor paus bongkok (Megaptera novaengliae) seberat puluhan ton merambah dan melompat di permukaan air, berputar, dan menjatuhkan kembali tubuhnya ke air. Ya itulah breaching, sebuah pemandangan yang suaranya dapat terdengar hingga berkilometer jauhnya. Tujuan dari perilaku tersebut masih sukar untuk ditebak kepastiannya. Ada yang berarti mengirimkan pesan peringatan terhadap sesamanya, menarik lawan jenis, membersihkan kulit dari parasit yang menempel, atau alasan yang paling sederhana....untuk bersenang-senang. Yah, bukan cuma manusia saja yang sukar untuk ditebak perilakunya, ternyata paus juga sama. Selain itu, ternyata paus juga dapat bernyanyi dan bahkan telah mengeluarkan album The Whale Songs. Suara yang dikeluarkan paus sangat beragam, mulai dari bunyi seperti kicauan, siulan, gonggongan, dan bahkan lenguhan dalam berbagai macam tingkatan nada. Jadi apabila anda mendengar bunyi-bunyi tersebut ketika berada di lautan terbuka, jangan mengira ada burung, anjing, atau sapi di dalam laut...bisa saja itu artinya seekor paus sedang menghampiri anda. Tujuan bunyi-bunyian tersebut utamanya adalah komunikasi. Namun apa komunikasinya? ya bisa mulai dari 'mengobrol' sesama anggota kelompok hingga menyanyikan 'the wedding song' alias menarik betina, menyatakan kesediaan serta kesiapan dari si jantan untuk kawin. Dari semua perilaku tersebut, terdapat perilaku yang cukup aneh dan mungkin hanya dimiliki oleh dua bangsa dalam Classis Mammalia, yaitu bangsa Primata terutama Homo sapiens dan bangsa Cetacea. Perilaku tersebut adalah perilaku bermain, yaitu suatu perilaku tanpa tujuan yang jelas. Mungkin dalam dunia manusia, perilaku tersebut bisa disejajarkan dengan perilaku iseng. Tapi ya biarlah, Cetacea juga memiliki gayanya sendiri untuk berperilaku iseng, yang penting kan HEPI. So...enjoy ^^

Sumber: lagi-lagi berbagai sumber :p

Tidak ada komentar: