|  | 
| The first proposed nucleotide substitution model, Jukes-Cantor one-parameter model (JC69) | 
Hmm...lama tidak menulis karena menggalau ria, tapi sebenarnya ya 
juga bingung apa yang mau digalaukan. Yasudalar, yang penting sekarang 
Chef Victor kembali meramaikan notes lagi dengan tulisannya yang sedikit
 menggugah mimpi buruk. Oke, kali ini saia akan mencoba berbagi pikiran 
mengenai evolusi dan filogeni. Santai saja lar, karena saia tidak akan 
membahas pertanyaan klasik itu -- apakah manusia berasal dari kera? So,
 mari kita mulai....*tuing..tuing..tuing*
Kita mulai 
dengan sebuah definisi. Well evolusi merupakan proses perubahan -- ya 
seringkas dan sebatas itu saja pendefisiannya. Kelanjutan dari definisi 
ini kemudian berkembang lagi menjadi tiga pertanyaan berikutnya, yakni: 
(1) apa yang berubah, (2) bagaimana perubahan terjadi, dan (3) mengapa 
perlu berubah? Evolusi itu sebenarnya mencakup semua hal yang ada di 
dunia ini, karena jelas apapun pasti berubah. Namun disini saia 
menekankan pada evolusi organisme, ya mahluk hidup. Perubahan pada 
mahluk hidup pun bermacam-macam, dimulai dari yang paling mendasar yakni
 susunan struktur molekul yang terdapat pada DNA hingga pada struktur, 
fungsi, dan prilaku dari mahluk hidup tersebut. Kemudian bagaimana 
perubahan itu berlangsung bergantung pada dua faktor, yakni faktor 
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah mutasi dan faktor 
eksternal meliputi seleksi alam, ukuran populasi, serta interaksi intra-
 maupun antar populasi. Selanjutnya, mengapa perlu berevolusi? 
jawabannya sesederhana menjawab pertanyaan "mengapa kita perlu makan?". 
Ya itu, untuk hidup. Evolusi merupakan cara mahluk hidup untuk dapat 
terus hidup dan menghasilkan keturunan yang juga dapat bertahan hidup, 
seperti salah satu kalimat terkenalnya Mbah Darwin "survival of the 
fittest".
Nah setelah tulisan singkat mengenai evolusi 
ini, lantas apa hubungannya dengan filogeni? Izinkan saia mengutip 
kalimat dari buku Campbell's Biology mengenai kaitan keduanya. Apabila 
evolusi itu menggambarkan bagaimana prosesnya, maka filogeni itu 
menggambarkan pola perubahannya. Itu artinya filogeni sama seperti 
mempelajari sejarah biologi. Rangkaian cerita dalam filogeni dapat 
diperoleh dari penggalan sejarah yang ditinggalkan oleh mahluk hidup 
dari waktu ke waktu yang disebut dengan fosil. Dengan demikian kita bisa
 memperoleh rangkaian cerita evolusi suatu mahluk hidup dari waktu ke 
waktu hingga ke turunannya yang masih hidup sekarang ini. 
Penggalan-penggalan sejarah yang digabungkan satu sama lain ternyata 
memberikan pola seperti pohon. Hal itu berarti bahwa suatu mahluk hidup 
tidak berevolusi secara sendiri-sendiri melainkan pada suatu titik 
tertentu mereka berbagi leluhur dengan mahluk hidup lain, persis seperti
 kakak adik yang memiliki orang tua yang sama. Nah dari sanalah gambaran
 filogeni yang seperti pohon itu mendapatkan namanya "Phylogenetic Tree 
of Life".
Hingga saat ini proses penjabaran evolusi dan 
prediksi filogeni suatu mahluk cukup dimungkinkan dengan keberadaan 
fosil. Kenapa fosil bisa bertahan melalui waktu yang begitu lama hingga 
jutaan tahun? yaa karena fosil itu barang keras, sehingga relatif awet 
ketika tertimbun dalam lapisan bumi. Tapi lantas bagaimana menggambarkan
 filogeni dari suatu mahluk hidup yang tidak ada fosilnya? Gak usa 
jauh-jauh deh, sekarang bagaimana membuat filogeni bakteri dari awal 
kehidupan sampai sekarang?
Dengan perkembangan biologi 
molekular dan bioinformatika sekarang ini, hal itu menjadi mungkin. Hal 
ini disebabkan oleh penemuan bahwa rekam jejak evolusi mahluk hidup 
tersimpan dalam DNA-nya. Pola DNA ini yang kemudian diwariskan secara 
turun-menurun hingga ke keturunannya yang sekarang ini kita jumpai, dan 
pastinya dalam keadaan hidup. Pembandingan urutan DNA antar mahluk hidup
 dengan berbagai algoritme statistika memungkinkan kita untuk 
mereka-reka kembali bagaimana pola evolusi mahluk tersebut. Tahapan 
singkat mengenai bagaimana merekonstruksi pohon filogeni berdasarkan 
urutan DNA akan saia coba jabarkan secara singkat. Tahapan tersebut 
meliputi (1) penjejeran urutan DNA (alignment), (2) rekonstruksi pohon 
filogeni, (3) interpretasi dan analisis pohon yang dihasilkan, dan (4) 
penarikan simpulan mengenai filogeni tersebut.
Proses 
alignment bertujuan untuk mencari kesamaan daerah antar urutan DNA 
mahluk hidup yang dibandingkan. Kesamaan daerah ini kemudian diasumsikan
 sebagai 'homolog', yakni daerah yang diyakini merupakan warisan dari 
leluruh bersama mereka. Kemudian, dari hasil alignment tersebut dibuat 
menjadi pohon filogeni dengan konsep, asumsi, dan perhitungan tertentu 
yang tentu saja....sangat statistik!! Saat ini ada berbagai macam 
program rekonstruksi pohon filogenetik seperti PHYLIP, MEGA, HyPhy, Tree
 Puzzle, IQPNNI, MrBayes, CLUSTAL, PAUP*, RDP, dll masing-masing dengan 
kelebihan dan kekurangannya sendiri. Oh satu hal yang perlu diingat -- 
sampai sekarang ini (27 Apr 2012) program-program tersebut masih gratis 
lohh!! Setelah pohon yang kita inginkan itu terjadi, tentu saja kita 
senang. Horeee!! pohonnya muncul!! Namun permasalahan klasik pun muncul,
 yakni pesan moral apa yang terkandung dibalik gambar pohon tersebut? 
Nah disini kemampuan kita dalam menganalisis kaitan antara urutan DNA, 
dasar algoritme program, dan latar belakang mengenai mahluk hidup yang 
dipakai dalam pembuatan pohon pun diuji. Membuat pohon itu satu hal, 
tetapi menjabarkan pohon itu hal yang lain lagi.
Pada 
akhirnya setelah menganalisis sana-sini, sampai juga kita pada tahap 
terakhir yakni penarika simpulan. Pada tahap ini ada satu hal yang perlu
 diingat dengan baik. Semua filogeni entah itu berasal dari data 
molekular maupun data fosil adalah bersifat hipotetikal alias prediksi. 
Hal itu disebabkan karena kita tidak mungkin mengulang kembali ke masa 
lalu dan sifat dari penggambaran filogeni yang kita lakukan adalah 
berbasis pada sampling. Kita merekonstruksi sesosok mahluk berdasarkan 
struktur tulang dan keadaan lingkungan pada saat itu, namun kita tidak 
pernah tahu bagaimana sebenarnya keseluruhan mahluk tersebut. 
Penggambarannya hanyalah bersifat prediktif berdasarkan sampel fosil 
yang ada. Hal yang sama juga berlaku pada filogeni molekular (DNA, RNA, 
atau protein), yang bisa dengan kasar saia menyebut kita memprediksi 
suatu mahluk berdasarkan materi genetiknya.
Yahh kurang 
lebih sampai disini dulu materinya. Semoga teman-teman pembaca  menjadi 
lebih mengerti bahwa evolusi dan filogeni itu tidak sekedar (atau malah 
bukan sama sekali) kera --> manusia....heheheh
Regards,
Victor Apriel
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar